Powered By Blogger

Saturday, 25 June 2016

SEJARAH, MAKNA, dan FILOSOFI BATIK MOTIF TRUNTUM







Batik cap kombinasi tulis motif parang truntum hasil kreasi
pengrajin dari Bantul Yogyakarta. Bahan katun
gradasi warna merah dan hijau.

Truntum selingan peksi merak

Jarik Truntum Podo Karet

Jarik Truntum Motif Garuda

Kain Jarik Batik Motif Wahyu Tumurun
                      


Batik motif Truntum

1.     Sejarah Batik Motif Truntum
Menurut ceritera sejarah, proses penciptaan motif truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Beruk, anak dari seorang abdi dalem bernama Mbok Wirareja. Kanjeng Ratu Beruk atau Kanjeng Ratu Kencana ini adalah isteri dari Paku Buwono III (bertahta dari 1749–1788 M) tetapi berstatus garwa ampil (selir), bukan permaisuri kerajaan. Persoalan status ini menjadikan Kanjeng Ratu Beruk selalu gundah. Ia mendamba jadi permaisuri kerajaan, sebuah status yang begitu dihormati dan dipuja orang sejagad keraton. Tetapi lebih dari semua itu, Kanjeng Ratu Beruk ingin selalu berada di samping sang raja agar malam-malam sunyi tidak ia lewati sendirian.
Menurut cerita, sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Pada suatu malam, perhatian Kanjeng Ratu Beruk tertuju pada indahnya bunga tanjung yang jatuh berguguran di halaman keraton yang berpasir pantai. Seketika itu juga ia mencanting motif truntum dengan latar ireng (hitam). Hal tersebut merupakan refleksi dari sebuah harapan. Walaupun langit malam tiada bulan, masih ada bintang sebagai penerang. Selalu ada kemudahan di setiap kesulitan, sekecil apa pun kesempatan, ia tetap bernama kesempatan.
Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembali.

2.     Arti Kata Tuntrum
Truntum berarti timbul kembali yang berkaitan dengan kata katresnan atau cinta kasih suami isteri. Maknanya bahwa kehidupan manis tidak terlepas dari dua hal yaitu bungah-susah (senang-susah), padhang-peteng (terang-gelap), kaya-miskin dan seterusnya.
Motif truntum menggambarkan bunga dilihat dari depan terletak pada bidang berbentuk segi empat. Truntum berasal dari teruntum – tuntum (bahasa Jawa) artinya tumbuh lagi. Taruntum memiliki arti senantiasa tumbuh, bersemi, semarak lagi. Pola batik truntum menggambarkan sebuah rangkaian bunga-bunga kecil berserta sari-sarinya ibaratnya bunga melati gambir yang sedang mekar berkembang berbau harum semerbak dengan semaraknya di taman. Suatu pengharapan bagi si pemakai motif ini, agar di dalam hidup berkeluarga hendaknya selalu terjadi hubungan yang harmonis, penuh kasih sayang, baik kehidupan suami isteri, hubungan antara anak dengan orang tua dalam keluarga sendiri, maupun meluas ke keluarga orang lain dan masyarakat luas.

3.     Penggunaan Batik Trentum
Motif truntum dikenakan pada saat upacara midodareni dan panggih dipakai oleh kedua orang tua pengantin saat menikahkan anaknya dengan harapan jangan sampai terjadi perselisihan antara ibu dan bapak dalam niat menjodohkan anaknya. Selain itu, harapannya adalah agar cinta kasih yang tumbuh berkembang (tumaruntum) ini akan menghinggapi kedua mempelai. Terkandung makna “ing ngarsa sung tuladha”, orang tua sudah lulus dari ujian cinta kasih, hingga layak dan wajib menuntun kedua mempelai memasuki kehidupan baru. Orang tua mempelai berharap agar cinta kasih yang tumaruntum tersebut akan tumurun kepada mempelai kebanggaannya, perwujudan sikap “tut wuri handayani”. Sebuah rangkaian keteladanan dan doa pengharapan tersimbulkan melalui motif truntum.
Pada malam midodareni, sekarang ini calon pengantin wanita juga mengenakan kain Truntum. Motif kain yang mengandung makna filosofis  bahwa si calon siap untuk dituntun oleh kedua orang tuanya, dan secara umum oleh tujuh sesepuh yang juga telah memandikannya untuk menjejakkan kaki dalam menyongsong kehidupannya yang mendatang.
Salah satu makna yang juga tersirat dalam motif Truntum adalah agar calon mempelai dapat mengikuti norma dan nilai dalam kehidupannya. Dan dengan mengikuti dan menjalankan norma dan nilai kehidupan yang ada  maka si calon pengantin akan dengan mudah dan ringan menjalani kehidupannya.
Pada awalnya motif Truntum hanya dikenakan oleh orang tua si mempelai wanita. Tetapi  dalam perkembangan perbatikan motif Truntum ini juga dikenakan oleh si calon mempelai wanita itu sendiri.
Motif truntum juga mengandung makna tumbuh dan berkembang. Demikianlah, orang Jawa selalu mendambakan bagi setiap keluarga baru supaya segera mempunyai keturunan yang akan dapat menggantikan generasi sebelumnya. Generasi baru itulah yang akan menjadi tumpuan setiap keluarga baru yang baru menikah untuk meneruskan segala harapan dan cita-cita keluarga sekaligus sebagai generasi penerus secara biologis yang mewarisi sifat-sifat keturunan dari sebuah keluarga baru.

4.       Filosofi Jarik Batik Motif Truntum
Sesungguhnya warna hitam yang dimaksudkan merupakan suatu warna biru yang sangat tua. Sehingga tampak seperti hitam. Suatu warna yang seringkali memberikan gambaran yang negative.
Tetapi dalam dunia perbatikan orang mengambil segi positif dari yang biasanya bermakna negative. Jadi warna hitam dalam batik melambangkan antara lain suatu kewibawaan, keberanian, kekuatan, ketenangan, percaya diri dan dominasi.
Jadi bila seseorang mengenakan motif batik tertentu itu bukan saja berarti bahwa yang bersangkutan hanya ingin memperlihatkan betapa indahnya motif batikannya tetapi juga sekaligus ingin dan dapat memperlihatkan fungsi dan kedudukannya dalam masyarakat yang berlaku. Juga melalui motif batik yang dikenakannya akan tersirat harapan dan makna ungkapan perasaannya. Dan dengan mengenakan motif tertentu si pemakai juga ingin menyampaikan pesan, karena motif-motif tersebut tidak terlepas dari pandangan hidup pembuatnya/ pemakainya.
Juga dari pemilihan pemberian nama tentang nama motif batik sangat berkaitan erat dengan suatu harapan dan tujuan hidup dari pembuatnya.

Sumber: